
BicaraPlus – Di tengah gelombang transisi menuju ekonomi hijau dan digital, diskursus tentang peran sentral generasi muda menjadi krusial. Dalam rangka memperkuat posisi tersebut, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) bersama Ikatan Alumni PNJ (IKAPUNIJA), Green Democracy Institute, dan BICARAPLUS.ID, menggelar Sarasehan Vol. 2.0 bertajuk “Youth Power: Empowering the Creative Economy with Green Digital and Green Energy.”
Forum strategis lintas sektor ini, yang dihelat di Auditorium Gedung Perpustakaan PNJ, menghadirkan Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi periode 2016–2019 yang kini menjabat sebagai Komisaris PT Indika Energy. Kehadirannya menggarisbawahi komitmen untuk memposisikan generasi muda sebagai motor penggerak transformasi ekonomi kreatif dan digital yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan.
Lompatan Eksponensial dari Miliar ke Triliun Dolar
Dalam presentasinya yang bertajuk “Ekonomi Digital dan Berkelanjutan”3, Eko Sandjojo memaparkan narasi besar tentang optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia di kancah global. Berdasarkan proyeksi yang disajikan, ia menggambarkan peta jalan PDB (Nominal USD) Indonesia yang ambisius, yakni PDB Indonesia diproyeksikan mencapai USD 1,5 Triliun pada 2025.
“Dan pada 2050, PDB Indonesia ditargetkan melonjak signifikan hingga menyentuh angka USD 8 Triliun,” tambahnya.
Kontribusi sektor digital menjadi penentu. Eko menyoroti proyeksi pertumbuhan ukuran ekonomi digital Indonesia, dari USD293,7 miliar pada 2025 menjadi USD 3,12 triliun pada 2050. Angka ini menegaskan adopsi teknologi sebagai penopang utama transformasi nasional.
Perkembangan pesat ini akan menempatkan Indonesia pada posisi global yang sangat diperhitungkan. Berdasarkan perbandingan PDB Negara G20 tahun 2025 vs 2050 (Proyeksi PwC/G5), Indonesia yang pada tahun 2025 diproyeksikan berada di urutan ke-16 Dunia, melompat menjadi No. 4 Dunia pada tahun 2050. Di regional ASEAN-6, Indonesia juga diprediksi akan jauh memimpin di tahun 2050.
Demokrasi Akses, AI, dan Kewirausahaan
Eko secara gamblang mengurai kategori yang masuk dalam ekonomi digital: E-Commerce, Fintech dan Payment Gateways, Transportation dan Logistics, Media dan Digital Services, dan Teknologi Spesialis.
Era digital, tegas Eko, adalah pembuka pintu kewirausahaan dengan manfaat yang mendemokratisasi akses bisnis, di antaranya modal awal minim, akses pasar global (domestik maupun luar negeri), fleksibilitas tinggi (bisa dijalankan dari rumah), serta dukungan platform dan pemerintah.
Selain itu, Eko juga menegaskan peran strategis kecerdasan buatan (AI) sebagai katalis bisnis. Penggunaan AI dapat meningkatkan efisiensi operasional (misalnya melalui balasan pesan otomatis dan laporan keuangan otomatis), mengatur inventory secara otomatis, serta membantu inovasi dan prediksi pasar yang lebih akurat untuk meningkatkan penjualan.
Menutup pembicaraan, Eko memberikan delapan pesan inspiratif yang ditujukan langsung kepada generasi muda sebagai pemegang estafet transformasi, yakni berpikir solutif: lihat masalah sebagai kesempatan, bukan sebaliknya; sadar proses: sukses tidak mudah dan tidak bisa instan; menciptakan nilai: buat produk unik yang dibutuhkan dan membantu masyarakat; perluas jejaring: sukses sangat tergantung pada besarnya jaringan; cermat finansial: kelola cash flow untuk hal-hal produktif, bukan konsumtif.
Dengan gaya khasnya yang membumi namun visioner, Eko menutup dengan sebuah diktum sederhana namun penuh makna, “The winner always finds solution in every problem. The looser always finds problems in every solution. Be The Winner.”
Pesan ini bukan hanya sebuah motivasi, melainkan ajakan konkret bagi generasi muda PNJ dan seluruh audiens untuk terlibat aktif dalam mewujudkan visi ekonomi Indonesia 2050 yang kuat, digital, dan berkelanjutan.





