Selangkah di Belakang Mbak Tutut: Mengurai Jejak, Merajut Inspirasi

Untitled design 31

Jakarta- Sebuah buku baru hadir di ranah literasi Indonesia, membawa narasi yang tidak hanya berisi catatan sejarah, tetapi juga refleksi nilai dan inspirasi. Buku bertajuk “Selangkah di Belakang Mbak Tutut” resmi diluncurkan di Jakarta Selatan (15/7), merekam perjalanan panjang hidup Siti Hardiyanti Hastuti Rukmana atau yang akrab dikenal dengan Mbak Tutut.

Nama Mbak Tutut bukanlah nama asing bagi publik. Sejak dekade 1980-an, putri sulung Presiden Soeharto ini telah menjadi sorotan, baik sebagai figur politik maupun sosial. Namun di balik sorotan itu, perjalanan hidupnya menyimpan lapisan kisah yang lebih kaya, seorang perempuan yang berkecimpung dalam bisnis infrastruktur, menakhodai organisasi internasional, turun langsung di medan bencana, sekaligus menjaga tradisi budaya dan nilai-nilai luhur keluarga Cendana.

“Buku ini dapat menjadi teman dalam melihat berbagai dinamika kemajuan dan persoalan saat ini,” ujar Effendi Gazali dalam sambutan peluncuran.

Potret Multidimensi Seorang Perempuan Indonesia

Disusun dari kontribusi para tokoh nasional, sahabat, rekan kerja, hingga keluarga, buku ini menyajikan mosaik tentang Mbak Tutut. Dari keberhasilannya memimpin pembangunan jalan layang tol pertama di Indonesia dengan teknologi Sosrobahu, hingga kiprahnya memenangkan tender internasional pembangunan Metro Manila Skyway di Filipina serta proyek tol di Malaysia.

Menariknya, semua pencapaian itu tidak semata bertumpu pada nama besar ayahnya. Mbak Tutut berjuang menggalang pendanaan internasional, menghadapi tantangan dengan integritas. “Keteguhan beliau dalam menjaga etika keluarga sekaligus melayani masyarakat adalah teladan di tengah persoalan zaman ini,” ungkap Anthony Budiawan.

Namun, kiprah Mbak Tutut tidak berhenti di dunia infrastruktur. Ia aktif memimpin organisasi kemanusiaan, dari Persatuan Donor Darah Indonesia, Palang Merah Indonesia, hingga memegang jabatan Presiden FIODS selama tiga periode. Dedikasinya juga tercermin lewat Kirab Remaja, organisasi yang digagas untuk membentuk generasi muda berjiwa nasionalis, disiplin, serta menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

Untitled design 32

Warisan Nilai, Bukan Sekadar Dokumentasi

Tria S.P. Ismail Saleh, penanggung jawab penyusunan buku, menegaskan bahwa karya ini bukan hanya dokumentasi perjalanan hidup, melainkan sebuah ajakan. “Ketulusan dalam bekerja, kesetiaan dalam keluarga, dan keberanian untuk mengabdi. Dari keluarga ke bangsa, dari bisnis ke sosial, itulah warisan yang Mbak Tutut sampaikan.”

Peluncuran buku ini dihadiri sejumlah tokoh penting, antara lain Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, Ketua DPD RI Sultan Najamudin, hingga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Kehadiran lintas generasi tokoh nasional memberi bobot simbolik: penghargaan atas dedikasi seorang perempuan yang memilih mengabdi, kerap dari balik layar.

Jembatan Nilai untuk Generasi

“Selangkah di Belakang Mbak Tutut” bukan sekadar nostalgia masa lalu, melainkan jembatan nilai yang diharapkan mampu menautkan generasi pembangun dengan generasi penerus. Di tengah arus publik yang sering terdistorsi, buku ini hadir sebagai narasi alternatif, reflektif, jujur, dan memberi ruang bagi pembelajaran lintas waktu.

Dari lorong senyap pengabdian Mbak Tutut, masyarakat diajak kembali merenungi arti kesetiaan, kerja keras, dan keberanian untuk mengabdi. Sebuah kisah yang barangkali selangkah di belakang, tetapi justru memberi teladan yang jauh ke depan.

Bagikan