
BicaraPlus – Satu lagi babak baru dalam politik dan ekonomi Indonesia. Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) menggantikan Sri Mulyani. Upacara pelantikan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, Senin (8/9/2025). Dalam suasana khidmat, Purbaya mengucapkan sumpah jabatan: setia pada UUD 1945, menjunjung etika, dan tentu saja, bekerja penuh tanggung jawab.
Kalimat sumpahnya manis. Tapi pekerjaan yang menanti di Kementerian Keuangan jelas bukan sekadar soal manis.
Dari LPS ke Kemenkeu
Sebelum dilantik, Purbaya adalah Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Di situ, tugasnya memastikan uang simpanan masyarakat aman dari drama perbankan. Kalau ada bank kolaps, LPS lah yang jadi benteng terakhir.
Kini, ia harus menjaga bukan cuma simpanan nasabah, tapi juga dompet negara. Berat, tapi menarik.
Pendidikan: Elektro ke Ekonomi
Latar belakang akademis Purbaya agak unik. Sarjana teknik elektro dari ITB, tapi kemudian banting setir ke ekonomi. Dia menamatkan master dan doktor di bidang ekonomi di Purdue University, Indiana, Amerika Serikat. Dari kabel dan resistor, langsung loncat ke inflasi dan defisit.
Karier: Dari Schlumberger ke Istana
Karier awal Purbaya lumayan teknis: Field Engineer di Schlumberger Overseas SA (1989–1994). Setelah itu, jalannya lebih condong ke ekonomi dan finansial. Dia sempat jadi Senior Economist di Danareksa Research Institute (2000–2005), Chief Economist Danareksa (2005–2013), Direktur Utama Danareksa Securities (2006–2008), Anggota Dewan Direksi PT Danareksa (2013–2015).
Dari pasar modal, Purbaya kemudian masuk ke lingkaran pemerintah, mulai dari Staf Khusus Bidang Ekonomi di Kemenko Perekonomian (2010–2014), Anggota Komite Ekonomi Nasional (2010–2014), Deputi III di Kantor Staf Presiden (2015), hingga Staf Khusus di Kemenko Polhukam dan Kemaritiman (2015–2018).
Singkatnya, ia pernah mondar-mandir di berbagai kementerian sebelum akhirnya duduk manis di LPS, dan kini loncat lagi ke Kemenkeu.
Tantangan Menkeu Baru
Tugas Purbaya tentu tak ringan. Sri Mulyani, yang digantikannya, dikenal dengan reputasi internasional, gaya bicara lugas, dan brand sebagai “Ibu Keuangan” bangsa. Publik pasti akan membandingkan.
Apalagi, kondisi fiskal saat ini masih penuh pekerjaan rumah: utang negara, subsidi energi, dan stabilitas rupiah. Belum lagi gaya Prabowo yang hobi “berani” dalam kebijakan, dari belanja militer sampai program makan siang gratis. Semua itu ujungnya pasti balik ke satu hal: dari mana duitnya?
Dan di situlah Purbaya sekarang duduk, di kursi panas bernama Menteri Keuangan Republik Indonesia.
PR Berat, dari Gorengan sampai Subsidi
Kalau di LPS tugas Purbaya adalah memastikan tabungan nasabah tetap aman meski bank bangkrut, di Kemenkeu ia harus memastikan rakyat masih bisa beli gorengan lima ribu dapet tiga, bukan cuma dua setengah.
Ia juga mesti cari cara biar program ambisius pemerintah nggak bikin APBN jebol, sambil tetap menjaga citra Indonesia di mata investor asing. Singkatnya: kerjaannya seperti jadi bendahara kos-kosan, tapi versi 280 juta orang.
Jadi, selamat bekerja, Pak Purbaya. Semoga dompet negara nggak cuma tebal di atas kertas, tapi juga terasa di warung kopi pinggir jalan.
Fun Fact tentang Purbaya Yudhi Sadewa
Orang Elektro Nyasar ke Ekonomi: Lulusan ITB jurusan elektro, tapi malah jadi ekonom. Dari mikirin arus listrik, pindah ke arus kas negara.
Anak Danareksa Banget: Hampir 15 tahun bolak-balik jadi ekonom, direktur, sampai CEO di Danareksa. Bisa dibilang, darahnya setengah saham, setengah obligasi.
Sempat Jadi Orang Istana: Pernah jadi Deputi Kantor Staf Presiden dan staf khusus di beberapa kementerian. Jadi, dunia birokrasi bukan hal baru buatnya.
Ahli Jaga Duit: Di LPS, tugasnya memastikan simpanan masyarakat nggak lenyap kalau bank bermasalah. Sekarang, skala pekerjaannya level negara.
Menkeu “Techie”: Jarang-jarang ada Menkeu yang basic-nya elektro. Kalau lagi pusing ngitung defisit, mungkin bisa iseng-iseng benerin setrika rusak di rumah dinas.