
Setelah 19 tahun mengabdi sebagai fondasi modernisasi, KRL Tokyu Seri 8500 ‘JALITA’ resmi pensiun. Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menegaskan bahwa KAI Commuter akan selamanya menjadi cermin kemajuan transportasi berbasis rel di Indonesia.
BicaraPlus – Pada 16 November 2025, sebuah babak penting dalam sejarah transportasi publik Jakarta resmi ditutup. Kereta Rel Listrik (KRL) Tokyu Seri 8500, yang akrab disapa JALITA, purna tugas setelah mengabdi lebih dari 19 tahun sejak pertama kali beroperasi pada 2006. JALITA bukan sekadar armada, melainkan KRL pertama yang dimiliki langsung oleh KAI Commuter, menandai fondasi penting bagi modernisasi layanan komuter yang kita nikmati hari ini, mulai dari kehadiran penyejuk udara (AC) hingga peningkatan kenyamanan penumpang.
Perpisahan JALITA dirayakan dengan khidmat. Mantan Menteri Perhubungan sekaligus eks Direktur Utama KAI, Ignasius Jonan, turut hadir dalam perjalanan terakhir KRL tersebut di Stasiun Kota. Jonan menyampaikan pesan yang menegaskan posisi strategis Commuter Line bagi denyut nadi Jabodetabek.
“Sampai kapan pun selama Jabodetabek ini menjadi daerah hunian manusia yang paling padat per kilometer persegi di Indonesia, itu KCI akan tetap menjadi etalase kereta api Indonesia,” tegas Jonan.
Ia menambahkan, tidak ada layanan kereta api lain yang dapat menyandang predikat etalase tersebut, mengingat Commuter Line melayani lebih dari satu juta penumpang per hari dan memiliki kontribusi pendapatan yang sangat besar.
Simbol Peradaban Masyarakat
Nama JALITA (Jakarta Lintas Kota) sendiri diberikan oleh Menteri Perhubungan era terdahulu, Jusman Syafii Djamal, sebagai simbol pergerakan masyarakat lintas kota. Jonan mengamini filosofi tersebut, meramalkan bahwa kebutuhan akan transportasi berbasis rel akan terus meningkat seiring kemajuan peradaban masyarakat di kota-kota besar.
“Menurut saya, peradaban masyarakat kita di banyak kota besar makin maju, itu kebutuhan akan transportasi berbasis rel akan makin banyak,” sebut Jonan.
Peran JALITA dalam sejarah komuter begitu mendalam hingga perpisahan ini dirayakan melalui Mini Museum yang dikunjungi lebih dari 20.000 orang, menampilkan kilas balik perjalanannya bersama KRL Tokyu 7000 dan JR203.
Kendati KRL tua ini kini telah berhenti beroperasi, warisan JALITA tetap hidup melalui semangat melayani dan modernisasi yang kini menjadi standar mobilitas Jabodetabek. Hingga Oktober 2025, Commuter Line telah melayani lebih dari 287 juta penumpang, sebuah bukti nyata bahwa fondasi yang diletakkan JALITA telah menopang mobilitas harian jutaan jiwa.





