
Di balik riak tenang Sungai Kuantan, Riau, berdenyut tradisi tua yang kini mendunia. Pacu Jalur, sebuah lomba mendayung perahu panjang yang dulunya hanya disaksikan oleh warga lokal, kini menjadi magnet perhatian global berkat semangat muda dan kekuatan media sosial.Pacu Jalur bukan sekadar lomba perahu.
Di setiap gerakan mendayung, terdapat cerita panjang tentang gotong royong, keberanian, dan kehormatan antarkampung. Perahu sepanjang 25 hingga 40 meter ini bisa diisi lebih dari 40 orang, berpakaian adat, melaju dengan komando yang padu dan penuh semangat. Sekilas, ini adalah kompetisi.
Namun sesungguhnya, ini adalah ekspresi budaya yang hidup.Yang mengejutkan dunia baru-baru ini adalah hadirnya Rayyan Arkan Dikha, bocah asal Riau yang videonya saat berjoget memandu tim mendayung viral di TikTok dan Instagram. Aksinya yang penuh semangat, dengan gerakan tubuh khas dan mimik lucu, dijuluki netizen sebagai “Aura Farming” istilah kreatif yang lahir dari gaya khas Rayyan yang seolah ‘menanam energi’ pada timnya.
Aksi ini tak hanya membuat penonton tersenyum, tapi juga membuka jalan agar budaya Pacu Jalur dikenal secara global.Viralitas Rayyan menyulut tren yang luar biasa. Mulai dari atlet luar negeri, selebriti, hingga pelajar di berbagai negara mulai menirukan gaya “Aura Farming” dengan berbagai versi remix. Beberapa influencer bahkan menjadikannya sebagai gerakan dance challenge, membawa Pacu Jalur ke audiens yang belum pernah mendengar tradisi ini sebelumnya.
Dari sungai kecil di Indonesia, semangat Pacu Jalur kini bergema hingga kanal-kanal konten digital di Asia, Eropa, hingga Amerika.Namun, yang membuat kisah ini semakin kuat adalah bagaimana generasi muda Riau menyambut fenomena ini. Mereka mulai membuat konten edukatif tentang sejarah Pacu Jalur, membagikan behind-the-scenes persiapan lomba, hingga memperkenalkan makna filosofis dari simbol-simbol perahu.
Kekuatan budaya ini diperkuat dengan visual yang estetik, narasi yang menyentuh, dan optimisme akan masa depan tradisi yang tak lekang oleh zaman.Pemerintah daerah turut mengapresiasi, bahkan mulai mempertimbangkan menjadikan Rayyan sebagai duta budaya anak. Ini menjadi momentum penting untuk melihat bahwa tradisi tak harus diam di masa lalu. Saat diberi ruang untuk hidup di era digital, budaya justru bisa menemukan bentuk baru untuk menyapa dunia.Pacu Jalur kini bukan hanya soal kecepatan mendayung. Ia menjadi simbol bahwa budaya Indonesia memiliki energi tak terbatas siap menjelajah dunia, dengan atau tanpa dayung.