
BicaraPlus – KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) melaporkan ada tiga orang yang masih hilang sejak demo besar pada 30–31 Agustus 2025. Namun, Menteri HAM Natalius Pigai meminta publik tidak terburu-buru menyimpulkan.
“Saya sudah bentuk tim untuk cek. Tapi begini ya, ini kan baru satu minggu. Kita tunggu saja. Dalam suasana panik, orang suka menyembunyikan diri, lalu oleh pihak tertentu dinyatakan hilang,” kata Pigai usai menghadiri acara di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Selasa (17/9/2025).
Menurutnya, istilah “hilang” untuk saat ini masih terlalu dini.
“Saya lebih memilih menyebut mereka belum kelihatan atau belum kembali ke rumah,” tegas Pigai.
Profiling Dulu, Jangan Langsung Cap ‘Hilang Paksa’
Pigai menekankan, penyelidikan soal orang hilang perlu pendalaman, termasuk melihat latar belakang individu yang disebut hilang itu.
“Apakah mereka tokoh gerakan? Pengurus organisasi? Motor utama? Atau orang biasa yang kebetulan ada di tempat dan momentum yang sama? Itu harus diprofiling dulu. Kalau orang biasa, butuh waktu cukup panjang untuk memastikan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan KontraS agar tidak terburu-buru menggunakan istilah “hilang paksa”.
“Kata ‘paksa’ itu tindakan visual. Siapa yang melihat? Siapa pelakunya? Kapan, dan di mana? Itu harus jelas. Jadi jangan sembarangan menyebut hilang paksa,” tegas Pigai.

Tiga Identitas yang Disebut Hilang
Sebelumnya, KontraS melalui akun Instagram @kontras_update menyebut tiga orang yang hingga kini belum ditemukan:
Bima Permana Putra (non-demonstran) – hilang sejak 31 Agustus 2025, terakhir terlihat di Glodok, Jakarta Barat.
M. Farhan Hamid (demonstran) – hilang sejak 31 Agustus 2025, terakhir terlihat di Brimob Kwitang, Jakarta Pusat.
Reno Syahputradewo (demonstran) – hilang sejak 30 Agustus 2025, terakhir terlihat di Brimob Kwitang, Jakarta Pusat.
KontraS sendiri masih membuka posko pengaduan orang hilang dan terus mengumpulkan informasi tambahan dari publik.
Info terbaru, Bima Permana Putra, kini telah ditemukan. Ia ditemukan tengah berjualan mainan di sebuah kelenteng di Malang, Jawa Timur.
Foto: Istimewa