
BicaraPlus – Ketua Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana punya cara agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) tak sekadar jadi slogan. Kunci utamanya: rantai pasok dari desa.
Lewat skema baru, Koperasi Desa Merah Putih akan berperan sebagai pemasok utama bahan pangan bagi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), unit pelaksana program MBG di lapangan.
“Mitra Badan Gizi itu idealnya Koperasi Desa Merah Putih. Koperasi ini yang mengoordinasikan petani, peternak, dan nelayan untuk membuat penanaman berjadwal. Jadi, pasokannya stabil dan terjamin. Nanti SPPG membeli langsung ke koperasi,” ujar Dadan, kemarin.
Ia mencontohkan, satu SPPG membutuhkan sekitar lima ton beras per bulan, atau setara sepuluh ton gabah kering giling. Dengan kebutuhan sebanyak itu, diperlukan sedikitnya dua hektare lahan panen setiap bulan, atau sekitar 24 hektare setahun.
“Belum lagi kebutuhan lain seperti pisang. Satu SPPG butuh 30 pohon pisang tiap minggu. Artinya, dalam setahun bisa sampai 1.440 pohon pisang,” katanya.
Sejauh ini, 284 koperasi sudah resmi menjadi pemasok bahan pangan, sementara 319 koperasi lain sedang diusulkan. Ada juga 59 koperasi dalam proses pengajuan dan 13 koperasi yang telah berfungsi penuh sebagai SPPG.
Koperasi Desa Merah Putih, atau Kopdes/Kel Merah Putih, dirancang sebagai unit usaha multifungsi. Selain gerai sembako, koperasi juga dapat mengelola apotek desa, klinik, unit simpan pinjam, gudang pendingin, hingga logistik, semua disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan wilayah masing-masing.
Menteri Koperasi dan UKM Ferry Juliantoro mengatakan, koperasi desa akan menjadi motor penggerak ekonomi baru di perdesaan. Pemerintah pun sudah menyiapkan dana operasional Rp16 triliun dari Kementerian Keuangan untuk mendukung 80.000 koperasi di seluruh Indonesia.
“Kita doakan Koperasi Desa segera bisa beroperasi, dan dana Rp16 triliun itu benar-benar bisa memberi manfaat bagi masyarakat desa,” ujar Ferry.
Dengan sinergi antara koperasi dan program gizi nasional ini, pemerintah berharap bukan hanya angka gizi anak yang membaik, tapi juga ekonomi desa yang ikut tumbuh dari dapurnya sendiri.





