
BicaraPlus — Musyawarah Nasional (Munas) XI Majelis Ulama Indonesia (MUI) dibuka dengan pidato yang menegaskan kembali filosofi dasar organisasi tersebut. KH Ma’ruf Amin, Wakil Presiden dan mantan Ketua Umum MUI, dalam sambutannya di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, menggambarkan MUI bukan hanya organisasi keagamaan, melainkan sebuah entitas strategis dalam mozaik kebangsaan.
Kiyai Ma’ruf melukiskan MUI sebagai “tenda besar” dan tempat berkumpulnya lebih dari 80 organisasi massa (Ormas) Islam dari seluruh penjuru negeri. Yang membuat tenda ini kokoh, menurutnya, adalah kesamaan frekuensi.
“MUI seperti tenda besar. Tapi di MUI semua satu frekuensi,” kata Kiyai Ma’ruf.
Kesamaan frekuensi yang dimaksud merujuk pada misi fundamental: menjaga umat dan mengokohkan peran keislaman dalam kehidupan kebangsaan.
Untuk menjelaskan kompleksitas peran MUI, Ma’ruf Amin menggunakan analogi yang kuat: kereta api dengan banyak gerbong dan penumpang.
“MUI juga seperti kereta api, gerbongnya banyak, penumpangnya banyak,” lanjutnya.
Kereta ini, terangnya, berjalan di atas dua rel yang menjadi jalur wajib perjalanan MUI, yakni Rel Keumatan: fokus utama sebagai program pelayan umat (khidmah al-ummah) dan Rel Kebangsaan: berperan sebagai mitra pemerintah yang bertanggung jawab pada aspek kebangsaan dan kenegaraan.
Sebagai pelayan umat, tugas MUI adalah membentengi masyarakat dari pemikiran yang menyimpang. Ini mencakup melindungi akidah yang rusak, menangkal paham menyesatkan, mengantisipasi radikalisme dan tekstualisme, serta meneguhkan pemahaman Islam moderat (Islam rahmatan lil ‘alamin).
Di sisi lain, tugas MUI dalam ranah kenegaraan adalah menjaga komitmen umat agar tetap melaksanakan komitmen dengan Allah SWT dalam rangka berbangsa dan bernegara. Persatuan menjadi modal utama.
“Ukhuwah islamiyah modal utama untuk memperkuat ukhuwah watoniyah dan ukhwah basyariyah,” tegas Ma’ruf Amin.
Pemberdayaan Umat: Dari Beban Menjadi Kontributor
Dalam penutupannya, KH Ma’ruf Amin menekankan agenda prioritas yang harus diusung oleh MUI ke depan, yaitu pemberdayaan umat.
Visi ini didasarkan pada logika kesejahteraan nasional. “Kalau umat sejahtera maka bangsa ini sejahtera. Kalau umat tidak sejahtera maka bangsa tidak sejahtera,” ujarnya.
Oleh karena itu, penguatan ekonomi, pendidikan, dan sosial umat harus menjadi agenda berkelanjutan MUI. Ma’ruf Amin menegaskan bahwa pemberdayaan umat adalah upaya agar umat tidak menjadi beban negara, melainkan sebaliknya, berkontribusi positif pada negara.
Pidato Kiyai Ma’ruf di Munas XI ini adalah penegasan kembali bahwa peran ulama di Indonesia bersifat dwitunggal, mengurus aspek spiritual umat, sekaligus memastikan umat menjadi pilar utama pembangunan dan kekuatan bangsa.





