Kita Berkebaya Hadirkan Dialog Budaya, Identitas, dan Perempuan di Hari Kebaya Nasional 2025

Sesi Talkshow Bersama Tara Basro

Dalam rangka memperingati Hari Kebaya Nasional 2025, Bakti Budaya Djarum Foundation bersama Narasi menghadirkan program Kita Berkebaya, sebuah gerakan budaya yang bertujuan mengangkat makna kebaya sebagai simbol identitas, ekspresi diri, dan kekuatan perempuan Indonesia masa kini. Diselenggarakan di Posco Bandung, acara ini menyatukan diskusi reflektif, pertunjukan seni, hingga peluncuran film pendek yang semuanya dirancang untuk merayakan keberagaman dan keberdayaan perempuan lewat kebaya.

Mengusung semangat bahwa kebaya bukan sekadar busana tradisional, namun bagian hidup yang terus berevolusi, acara ini menghadirkan sosok-sosok inspiratif seperti musisi dan aktivis Andien, aktris Tara Basro, dan Yanti Moeljono selaku Ketua Komunitas Kebaya Menari. Ketiganya berbagi pandangan tentang bagaimana kebaya dapat menjadi bentuk perlawanan lembut sekaligus kebanggaan perempuan Indonesia dalam menghadapi dinamika zaman.

Kita Berkebaya Bandung 1

Dalam sesi diskusi bertajuk Berdaya Lewat Kebaya: Perempuan, Identitas, dan Inspirasi Generasi, Andien menekankan bahwa mengenal akar budaya seperti kebaya bisa menjadi kompas dalam pencarian jati diri perempuan muda hari ini. “Buatku, kebaya bukan cuma tentang tradisi, tapi tentang mengenal siapa kita, dari mana kita berasal, dan apa yang ingin kita wariskan. Kita ingin bilang bahwa mengenal budaya bukan berarti kembali ke masa lalu, tapi membawanya ke masa depan dengan versi kita sendiri,” ujarnya.

Diskusi dilanjutkan dengan topik Berdaya Lewat Kebaya: Menjadi Sosok Otentik Perempuan Berkebaya bersama Tara Basro, yang mengungkapkan bagaimana kebaya menjadi bagian dari perjalanan spiritual dan personalnya sebagai perempuan yang kerap bersuara tentang tubuh, identitas, dan tekanan industri hiburan. “Di dunia yang serba cepat dan instan, justru kebaya mengajarkan kita untuk sadar sama akar kita. Kita bisa mix and match kebaya dengan cara kita sendiri, dan tetap membawa nilai budaya yang dalam,” kata Tara.

Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, menegaskan bahwa Kita Berkebaya bukan hanya kampanye pelestarian budaya, tetapi juga upaya nyata menghidupkan kembali ekosistem ekonomi kreatif yang tumbuh dari kebaya—mulai dari pembatik, penjahit, perancang busana, hingga pelaku UMKM. “Kami ingin melihat kebaya dikenakan bukan hanya di acara formal, tapi juga dalam kehidupan yang dinamis, penuh warna, dan autentik, seperti perempuan-perempuan hebat yang mengenakannya. Kebaya itu tidak hanya hidup, tapi juga menghidupi,” ungkapnya.

ki ka Yanti Moeljono Ketua Komunitas Kebaya Menari Andien dan Renitasari Adrian Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation

Peluncuran film pendek #KitaBerkebaya melalui kanal YouTube Indonesia Kaya juga menjadi bagian penting dari gerakan ini. Film tersebut merekam makna kebaya melalui lensa perempuan masa kini, menggambarkan bagaimana kebaya dapat tetap relevan dalam kehidupan modern—tidak harus kaku, tapi bisa jadi bagian dari gaya hidup, kebanggaan, dan pernyataan personal.

Acara semakin meriah dengan penampilan dari musisi Rahmania Astrini dan Skeletale, menambah energi baru pada semangat pelestarian budaya yang inklusif, muda, dan kreatif.

Bagikan