Kesepakatan Damai Trump-Xi Jinping di APEC: Tarif Turun, Pembelian Kedelai dan Fentanil, Kunci Redam Perang Dagang

usa trumpxi 1761794394773 169

BicaraPlus – Di sela KTT APEC, kedua pemimpin negara adidaya, Donald Trump dan Xi Jinping, akhirnya bertemu empat mata. Hasilnya, kerangka kesepakatan satu tahun yang menukar penurunan tarif dengan komitmen Tiongkok atas isu sensitif, mulai dari pasokan mineral strategis hingga ancaman opioid mematikan.

Tensi antara Washington dan Beijing yang terus memanas selama berbulan-bulan, menemukan titik redanya di Busan, Korea Selatan. Kamis (30/10), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan signifikan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di sela Konferensi Tingkat Tinggi APEC. Pertemuan tatap muka pertama antara kedua pemimpin sejak 2019 ini sangat vital, mengingat sebelumnya Trump mengancam akan mengenakan tarif 100% pada barang-barang Tiongkok jika tidak ada solusi yang dicapai.

Trump mengklaim perselisihan mengenai pasokan mineral rare earths telah terselesaikan, dan yang lebih penting, Tiongkok setuju untuk melanjutkan pembelian kedelai AS dalam jumlah besar. Kesepakatan ini merupakan upaya konkret untuk meredakan eskalasi perang dagang yang telah memukul kedua ekonomi global.

Fentanil: Penukaran Tarif dengan Nyawa

    Salah satu isu domestik krusial bagi AS adalah aliran opioid sintetis mematikan, fentanil. Washington sebelumnya telah menerapkan tarif 20% pada barang-barang Tiongkok atas dugaan kegagalan Beijing menghentikan perdagangan obat ilegal ini.

    Dalam kesepakatan Busan, Trump mengumumkan konsensus di mana Presiden Xi Jinping setuju untuk “bekerja sangat keras” mencegah produksi dan aliran fentanil ke AS. Sebagai imbalan atas janji kerja sama Tiongkok, AS setuju untuk mengurangi tarif yang terkait dengan fentanil dari 20% menjadi 10%.

    “Saya percaya dia [Xi] akan bekerja sangat keras untuk menghentikan kematian yang datang,” ujar Trump, menegaskan keyakinannya terhadap upaya Tiongkok kali ini.

    Konsesi untuk Petani: Kembali ke Kedelai

      Dalam langkah yang dipandang sebagai ‘jalan keluar’ bagi para petani Amerika yang menanggung kerugian, Tiongkok setuju untuk melanjutkan pembelian produk pertanian AS dalam jumlah besar (“tremendous amounts”), terutama kedelai.

      Impor kedelai Tiongkok dari AS telah terhenti sejak Mei sebagai balasan atas tarif AS sebelumnya, sebuah tindakan yang mencederai basis pendukung Trump di pedesaan. Komitmen pembelian berskala besar ini menjadi salah satu konsesi utama dari pihak Tiongkok untuk menstabilkan hubungan.

      De-eskalasi Tarif Perdagangan

        Sebagai bagian dari kerangka kesepakatan satu tahun, AS menyetujui penurunan tarif secara keseluruhan pada barang-barang Tiongkok. Trump sepakat untuk menurunkan rata-rata tarif AS yang dikenakan pada barang-barang Tiongkok dari 57% menjadi 47%.

        Pengurangan ini, meski belum sepenuhnya menghapus tensi, bertujuan untuk mencegah ancaman tarif yang jauh lebih tinggi yang digaungkan Trump sebelumnya, serta menstabilkan ekspektasi pasar global yang sensitif.

        Presiden Tiongkok Xi Jinping mengonfirmasi adanya kemajuan diplomatik ini dan menekankan urgensi implementasi.

        “Kedua tim harus memurnikan dan menyelesaikan pekerjaan tindak lanjut sesegera mungkin, mempertahankan dan mengimplementasikan konsensus, dan memberikan hasil nyata untuk menenangkan pikiran tentang ekonomi Tiongkok, Amerika Serikat, dan dunia,” kata Xi.

        Mineral Tanah Jarang yang Terselesaikan

          Sengketa mengenai pasokan mineral kritis dan rare earths juga diklaim telah terselesaikan. Tiongkok setuju untuk menunda kontrol ekspor ketat terhadap material rare earths yang sempat diumumkan pada awal bulan ini. Keputusan Tiongkok ini meredakan kekhawatiran global mengenai potensi gangguan pada rantai pasokan vital teknologi.

          “Masalah tanah jarang telah terselesaikan,”pungkas Trump, seraya menambahkan bahwa kesepakatan strategis ini merupakan perjanjian satu tahun yang akan dinegosiasikan ulang setiap tahunnya. Kesepakatan Busan, pada dasarnya, adalah sebuah langkah mundur yang terukur dari jurang perang dagang, menukarkan konsesi ekonomi dengan komitmen isu-isu domestik dan strategis kedua negara.

          Bagikan