KCIC Respons Purbaya soal Utang Whoosh, Siap Cari Solusi Bersama Pemerintah dan China

WhatsApp Image 2025 10 08 at 10.08.01 1

BicaraPlus – PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merespons pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak penggunaan APBN untuk menutup pembiayaan utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh).

Corporate Secretary KCIC, Eva Chairunisa, menyebut pihaknya memahami kekhawatiran pemerintah atas keberlanjutan investasi proyek tersebut.

“KCIC mempercayai dukungan pemerintah dalam mencarikan jalan keluar penyelesaian masalah utang melalui berbagai pertimbangan yang menjadi solusi terbaik,” ujar Eva dilansir dari Bloomberg Technoz, kemarin.

Eva menambahkan, KCIC secara rutin melakukan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait langkah-langkah strategis untuk menjamin keberlanjutan layanan Whoosh.

Koordinasi dilakukan dengan Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Badan Pengelola BUMN (BP BUMN), Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), serta para pemegang saham dari Indonesia dan China.

“Setiap langkah akan dibahas dan disepakati bersama oleh kedua belah pihak, termasuk perwakilan Pemerintah China,” kata Eva.

Menurut Eva, keberlanjutan Whoosh ditopang oleh dua sumber utama: railway business dan non-railway business.
Sejak beroperasi, Whoosh telah melayani lebih dari 11,7 juta penumpang. Volume penumpang yang terus meningkat menjadikan moda ini sebagai alternatif transportasi cepat antara Jakarta dan Bandung.

Dalam lini railway business, KCIC menerapkan sistem dynamic pricing, pengembangan kartu langganan Frequent Whoosher Card, layanan perjalanan rombongan dan edukatif (edutrip), serta berbagai promo musiman.
Perusahaan juga mengembangkan aksesibilitas melalui integrasi dengan operator transportasi lain agar stasiun Whoosh semakin mudah dijangkau publik.

Sementara itu, lini non-railway business berfokus pada pengembangan pendapatan tambahan, seperti kerja sama naming rights, penyewaan area ritel di stasiun, layanan periklanan, fasilitas parkir, Whoosh Official Merchandise, serta pengembangan properti di sekitar stasiun.

“KCIC optimistis layanan Whoosh akan semakin diminati masyarakat dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalurnya,” tutur Eva.

Meski telah beroperasi, proyek Whoosh masih menghadapi beban finansial besar. Nilai investasi yang semula diperkirakan US$6 miliar kini membengkak menjadi US$7,27 miliar atau sekitar Rp115 triliun.

Sekitar 75 persen pembiayaan proyek berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) dengan tenor hingga 40 tahun, sementara 25 persen sisanya berasal dari modal konsorsium pemegang saham.
Pinjaman utama dikenakan bunga 2 persen per tahun, sedangkan dana tambahan akibat cost overrun mencapai 3,4 persen.

Dengan total pinjaman sekitar US$4,55 miliar, beban bunga tahunan proyek ini mendekati US$120 juta setara hampir Rp1,9 triliun, angka yang cukup berat bagi proyek yang baru berjalan satu tahun.

Bagikan