
BicaraPlus – Sebuah pertemuan yang menarik perhatian terjadi di jantung kekuasaan. Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Ignasius Jonan, sosok yang pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan RI periode 2014–2016, di Istana Merdeka, Jakarta, belum lama ini. Keduanya melakukan diskusi hangat selama kurang lebih dua jam yang berfokus pada agenda-agenda krusial pemerintah, khususnya yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Usai pertemuan, Jonan menjelaskan bahwa kehadirannya di Istana adalah inisiatif personal, didorong oleh keinginan untuk berbagi pandangan sebagai warga negara.
“Kami sebenarnya memang juga minta waktu untuk sharing lah gitu sebagai rakyat, sebagai warga negara itu berdiskusi tentang program-program yang dijalankan oleh beliau selama ini. Puji Tuhan beliau berkenan untuk mendengarkan dan berdiskusi serta menerima beberapa masukan,” ujar Jonan kepada awak media, mengindikasikan bahwa diskusi tersebut berjalan terbuka dan substantif.
Program Kerakyatan dan Multiplier Effect Ekonomi
Jonan kemudian memberikan analisisnya terhadap program-program prioritas Presiden Prabowo, menilai bahwa kebijakan tersebut membawa dampak positif bagi masyarakat kecil dan secara fundamental mendukung pemerataan ekonomi nasional. Ia secara khusus menyoroti tiga inisiatif utama yang dilihatnya sebagai bentuk nyata keberpihakan pemerintah pada keadilan sosial, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG), program masif yang menyentuh langsung kebutuhan dasar; Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih), upaya penguatan ekonomi di level akar rumput; dan Sekolah Rakyat, kebijakan yang menekankan akses pendidikan untuk semua lapisan.
Menurut Jonan, kebijakan-kebijakan yang sifatnya kerakyatan ini diprediksi memiliki efek berganda (multiplier effect) ekonomi yang akan tumbuh secara bertahap.
“Program-program yang sifatnya kerakyatan seperti keberpihakan kepada keadilan sosial, kalau menurut saya ya, itu misalnya MBG, ada Kopdes Merah Putih, lalu Sekolah Rakyat, yang multiplier effect ekonominya menurut saya secara perlahan mungkin akan tumbuh,” kata Jonan, menempatkan program tersebut dalam kerangka analisis ekonomi jangka panjang.
Kendati demikian, Jonan mengakui bahwa penyempurnaan program-program strategis ini memerlukan waktu dan proses yang tidak bisa instan.
“Ya, memang kalau diminta sempurna dari awal mungkin tidak mungkin. Tapi kan ini perbaikannya pelan-pelan gitu ya, mestinya jalan sih selama ini,” ungkapnya, memberikan catatan bahwa kemajuan harus dilihat secara bertahap.
Selain membahas isu domestik, Jonan juga menyampaikan apresiasinya terhadap kiprah Presiden Prabowo di kancah internasional dan peran strategis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam mendukung pembangunan. Ia memuji langkah Presiden yang dinilai berhasil menyeimbangkan diplomasi luar negeri yang aktif dengan penguatan fundamental ekonomi dalam negeri.
“Kami juga sharing tentang peran serta beliau yang sangat bagus dan aktif di diplomasi luar negeri, juga di pengembangan BUMN dan partisipasi BUMN untuk bangsa dan negara yang lebih banyak,” tutur Jonan, menyimpulkan bahwa visi pembangunan Prabowo bergerak di dua poros utama, yakni diplomasi global dan pemberdayaan ekonomi domestik.





