Joko Anwar Kembali ke Komedi Lewat Ghost in The Cell, Abimana Aryasatya Comeback ke Layar Lebar dalam Film Horor Komedi Terbaru Indonesia

YAH9264

Sutradara ternama Joko Anwar resmi kembali ke genre komedi lewat film horor komedi terbarunya berjudul Ghost in The Cell (Hantu di Penjara). Film ini menjadi penanda kembalinya Joko ke akar kariernya setelah dua dekade, sejak debutnya melalui Janji Joni pada 2005. Digarap oleh rumah produksi Come and See Pictures, Ghost in The Cell dirancang sebagai film horor komedi Indonesia terbaru yang dipadukan dengan kekuatan cerita, sinematografi, dan jajaran pemeran bertabur bintang.

Film Ghost in The Cell juga menjadi ajang comeback aktor ternama Abimana Aryasatya ke layar lebar setelah terakhir kali membintangi Gundala pada 2019, yang juga disutradarai oleh Joko Anwar. Dalam film ini, Abimana memimpin deretan pemain lintas generasi yang selama ini dikenal sebagai bagian dari “Joko Anwar Universe”. Beberapa di antaranya adalah Bront Palarae, Danang Suryonegoro, Endy Arfian, Lukman Sardi, Mike Lucock, Yoga Pratama, Morgan Oey, Aming, Kiki Narendra, Rio Dewanto, Tora Sudiro, Arswendy Bening Swara, hingga pendatang baru seperti Almanzo Konoralma, Haydar Salishz, Dewa Dayana, Faiz Vishal, Jaisal Tanjung, dan Ho Yuhang. Film ini juga memperkenalkan Magistus Miftah, seorang penari dan pembaca tarot yang terpilih melalui open casting di media sosial.

Cerita film Ghost in The Cell mengangkat konflik dua geng musuh bebuyutan yang harus bertahan hidup di dalam penjara Jakarta yang padat. Ketegangan meningkat ketika para narapidana mulai tewas satu per satu bukan karena pertikaian geng, melainkan oleh teror hantu ganas yang mengintai tanpa ampun. Dalam situasi tak terduga ini, kedua geng terpaksa bekerja sama demi menyelamatkan diri. Perpaduan horor dan komedi menjadi kekuatan utama film ini dan dipastikan menghadirkan tontonan dengan ketegangan dan tawa yang seimbang.

YAH9614

Joko Anwar mengungkapkan bahwa komedi adalah genre pertamanya sebelum dikenal luas lewat film horor dan thriller. Lewat Ghost in The Cell, ia ingin kembali menyentuh sisi jenaka dalam dirinya tanpa meninggalkan unsur gelap yang sudah menjadi ciri khasnya. “Komedi adalah cinta pertama saya. Saya masih menggilai horor. Jadi ini saatnya menggabungkan keduanya dalam satu film,” ujarnya.

Sementara itu, produser Tia Hasibuan menyebut proyek ini sebagai pencapaian tertinggi Come and See Pictures hingga saat ini. Menurutnya, memadukan dua genre yang membutuhkan ketepatan waktu seperti komedi dan horor adalah tantangan besar, namun berhasil dijawab oleh seluruh kru dan pemeran dengan sangat presisi. Film ini juga menghadirkan momen reuni dari para pemain Quickie Express (2007) seperti Lukman Sardi, Aming, dan Tora Sudiro, serta menyatukan kembali tiga pemeran Pengepungan di Bukit Duri yaitu Morgan Oey, Endy Arfian, dan Dewa Dayana.

Kembalinya Abimana Aryasatya ke layar lebar menjadi salah satu daya tarik utama film ini. Selama beberapa tahun terakhir, Abimana lebih banyak muncul dalam serial dan proyek OTT. Ia menyebut keterlibatannya dalam Ghost in The Cell sebagai momen membahagiakan, bukan hanya karena genre yang segar, tapi juga karena bisa kembali bekerja sama dengan sutradara yang ia anggap paling bersinar dari generasinya. “Setelah enam tahun, yang ternyata cukup lama juga saya absen dari layar lebar, sekarang kembali dalam genre yang segar dan bekerja sama lagi dengan Joko Anwar,” ujar Abimana.

Film horor komedi Indonesia 2025 ini menjadi proyek lanjutan dari Come and See Pictures, rumah produksi yang didirikan Joko Anwar dan Tia Hasibuan sejak 2020. Sebelumnya mereka telah merilis Pengabdi Setan 2: Communion, serial original Netflix Nightmares and Daydreams, dan film Pengepungan di Bukit Duri untuk Amazon MGM Studios. Film Ghost in The Cell dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia tahun depan dan dipastikan menjadi salah satu film Indonesia 2025 yang paling dinantikan.

Bagikan