Jalur Cepat Kaya? Purbaya Yudhi Sadewa Bongkar Mitos Investasi Instan untuk Gen Z

downloadgram.org 561178852 17849023905573700 5204812544052646891 n

BicaraPlus – Di tengah derasnya arus informasi yang menjanjikan kekayaan instan, generasi Z (Gen Z) kerap terpikat pada instrumen investasi berisiko tinggi. Fenomena ini mendapat respons langsung dari Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa. Dalam sebuah interaksi yang diabadikan oleh akun TikTok @asyathrofi, Purbaya menegaskan bahwa kekayaan sejati bukanlah produk instan, melainkan hasil dari proses bertahap yang didasari pengetahuan finansial yang memadai.

“Pak Menteri, di antara reksadana, emas, kripto, sama berdagang langsung, mana sih yang bikin gen Z cepat kaya? Maunya cepat kaya, Pak,” tanya seorang wanita, mewakili aspirasi Gen Z yang mencari financial freedom jalur cepat.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Purbaya langsung meluruskan persepsi yang dominan di kalangan muda tersebut. Ia menekankan bahwa setiap proses menuju kesejahteraan finansial menuntut waktu, kerja keras, dan kedisiplinan.

“Untuk Gen Z kalau mau kaya harus bertahap, enggak bisa langsung kaya. Jadi, tetap aja ada tahapan-tahapan yang harus dilalui,” ujar Purbaya.

Peta Jalan Investasi Realistis: Dari Dagang ke Kripto

Menteri Purbaya kemudian memaparkan sebuah peta jalan investasi yang realistis, khususnya bagi para pemula yang minim pengalaman. Ia menyarankan agar Gen Z tidak langsung tergiur pada instrumen yang diklaim ‘membuat cepat kaya’, melainkan memulai dari fondasi yang paling dasar: bekerja atau berdagang, lalu menabung hasilnya sebelum masuk ke dunia investasi.

Menurutnya, euforia pada instrumen seperti kripto yang menjanjikan keuntungan kilat, sejatinya hanya cocok bagi mereka yang sudah berada di tingkat advance.

“Kalau Anda baru, ya mungkin dagang-dagang dahulu. Tabung sedikit, uangnya nanti masukin reksadana,” jelasnya.

Reksadana, yang dianggap memiliki risiko relatif lebih terukur, diletakkan sebagai tangga pertama. Setelah Gen Z menguasai dinamika reksadana, barulah mereka disarankan bergeser ke instrumen yang lebih konvensional dan stabil seperti emas.

Puncak dari tahapan ini, menurut Purbaya, adalah kripto. Instrumen ini, meskipun diakui sangat menguntungkan, memiliki risiko yang sepadan.

Kunci Utama: Pengetahuan, Bukan Kecepatan

Purbaya menutup nasihatnya dengan menekankan bahwa instrumen hanyalah alat. Faktor penentu yang membedakan keberhasilan dan kegagalan adalah kedalaman pengetahuan.

“Kalau Anda pengetahuannya cukup, mungkin risikonya bisa ditekan amat maksimal. Intinya di pengetahuan Anda yang harus cukup dan yang paling penting belajar ilmunya,” pungkasnya.

Dengan demikian, di tengah godaan untuk menjadi kaya instan melalui instrumen populer seperti emas, reksadana, dan kripto, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberikan kompas moral finansial: kekayaan sejati hanya dapat diraih melalui disiplin, kesabaran, dan literasi ekonomi yang memadai.

Bagikan