Ini 10 Negara Paling Tidak Bahagia di Dunia, Stabilitas Politik Jadi Kunci

IMG 20251214 WA0021

BicaraPlus – Laporan kebahagiaan global terbaru kembali menyajikan fakta menyedihkan: di tengah gemerlap negara-negara dengan skor bahagia tertinggi, sejumlah negara justru terperosok di posisi paling bawah. Kebahagiaan ternyata bukan hanya soal senyum, melainkan dampak dari krisis struktural, konflik, dan lemahnya layanan publik.

Pengukuran kebahagiaan ini merujuk pada indikator fundamental seperti pendapatan, dukungan sosial, harapan hidup sehat, kebebasan, serta tingkat korupsi dan kepercayaan terhadap institusi. Hasilnya? Ketimpangan global masih sangat tajam.

Berikut negara-negara yang berjuang paling keras mencari kebahagiaan:

  1. Afghanistan: Krisis Kemanusiaan dan Pembatasan Kebebasan

Afghanistan kembali menempati posisi terbawah sebagai negara dengan tingkat kebahagiaan paling rendah. Ketidakstabilan politik yang berlarut, pembatasan kebebasan sipil (terutama bagi perempuan), dan tingginya angka pengangguran membuat kualitas hidup tertekan hebat. Akses pangan, kesehatan, dan pendidikan masih menjadi mimpi.

  1. Lebanon: Krisis Ekonomi Modern Paling Ekstrem

Lebanon menjadi contoh nyata kehancuran ekonomi modern. Negara ini menghadapi hiperinflasi, depresiasi mata uang yang tajam, hingga kelangkaan energi dan obat-obatan. Kebuntuan politik memperparah krisis layanan publik, membuat hidup sehari-hari masyarakat penuh tekanan konstan.

  1. Yaman: Darurat Kemanusiaan Berulang

Negara ini hidup dalam kondisi darurat kemanusiaan akibat konflik berkepanjangan. Kelaparan, wabah penyakit, dan runtuhnya infrastruktur dasar adalah realitas harian. Banyak wilayah kehilangan layanan publik, membuat standar hidup jatuh ke titik terendah.

  1. Republik Demokratik Kongo (DRC): Paradoks Kekayaan Alam

DRC adalah paradoks sumber daya alam. Kaya mineral, namun konflik, korupsi, dan lemahnya pemerintahan menghalangi manfaat ekonomi sampai ke masyarakat. Jutaan penduduk hidup tanpa akses memadai terhadap listrik, air bersih, dan layanan kesehatan.

  1. Sierra Leone: Dihantui Kemiskinan Struktural

Meski konflik sipil telah lama berakhir, Sierra Leone masih bergulat dengan kemiskinan struktural. Keterbatasan infrastruktur dasar (air, listrik, kesehatan) dan lemahnya tata kelola serta korupsi membuat pemulihan kesejahteraan berjalan sangat lambat.

  1. Malawi & Lesotho: Korban Perubahan Iklim dan Penyakit

Malawi dan Lesotho sama-sama terbebani faktor eksternal. Malawi sangat rentan terhadap perubahan iklim dan kekeringan yang mengganggu ketahanan pangan. Sementara Lesotho dihantam kemiskinan, iklim ekstrem, dan tingginya prevalensi HIV/AIDS.

  1. Zimbabwe: Inflasi dan Ketidakpastian

Zimbabwe menghadapi persoalan klasik: inflasi tinggi dan ketidakstabilan nilai tukar yang menggerus daya beli. Kepercayaan terhadap institusi negara yang rendah memperpanjang ketidakpastian ekonomi.

  1. Botswana: Stabilitas Politik, Ketimpangan Ekonomi

Meski dikenal relatif stabil secara politik, Botswana masuk daftar bawah karena ketimpangan ekonomi yang melebar. Kekayaan dari tambang berlian tidak dinikmati masyarakat luas. Tingginya pengangguran, terutama di kalangan muda, menjadi faktor penekan kebahagiaan.

  1. Komoro: Terisolasi dan Tergantung Impor

Negara kepulauan kecil ini menghadapi tantangan ketergantungan pada impor, keterbatasan lapangan kerja, dan infrastruktur minim. Isolasi geografis membuat biaya hidup tinggi dan mempersempit akses ke layanan dasar.

Laporan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan adalah produk kolektif dari stabilitas politik, tata kelola yang baik, dan keadilan ekonomi.

Bagikan