IHSG Tembus Langit? JPMorgan Proyeksikan Level Fantastis 10.000 di 2026! Ini Dia 3 Katalis Kunci

IMG 20251202 WA0023

BicaraPlus – Bagi investor dan trader, ada kabar gembira yang datang dari raksasa keuangan global. JPMorgan merilis proyeksi optimistis yang menempatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang kuat menyentuh level psikologis fantastis: 10.000 pada tahun 2026.

Prediksi bullish ini muncul seiring ekspektasi pasar yang membaik setelah tahun politik 2025, didukung oleh tiga pilar utama yang diperkirakan akan menyuntikkan likuiditas dan pertumbuhan masif ke pasar domestik.

“Kami melihat prospek yang lebih positif untuk pasar saham Indonesia pada 2026,” tulis tim riset JPMorgan yang dipimpin Henry Wibowo dalam laporan Indonesia Equity 2026 Outlook, kemarin.

JPMorgan menetapkan target dasar (base case) IHSG pada akhir 2026 di level 9.100, didorong asumsi pertumbuhan laba emiten mencapai 8% dengan valuasi 15 kali earnings multiple.

Namun, skenario paling optimistis (bull case) menempatkan IHSG di ambang batas psikologis 10.000. Sementara skenario negatif (bear case) diperkirakan berada di 7.800.

Lalu, apa saja yang menjadi motor pendorong utama di balik proyeksi setinggi langit ini?

Salah satu sorotan terbesar adalah peran Danantara, atau Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. JPMorgan menilai Danantara bukan sekadar holding biasa, melainkan katalisator krusial yang bisa mengubah dinamika alokasi modal domestik.

Struktur organisasi Danantara yang memisahkan fungsi pengelolaan aset (melalui DAM) dan investasi (melalui DIM) dinilai sebagai fondasi penting. Danantara memiliki mandat publik yang independen dari anggaran fiskal, memberinya ruang untuk menghimpun pendanaan eksternal dan menyalurkan investasi.

“Pemisahan fungsi belanja publik dan pencapaian profitabilitas pada perusahaan negara menjadi elemen yang krusial,” tulis JP Morgan.

Eksekusi proyek-proyek Danantara pada 2026 diprediksi menjadi faktor penentu rerating (penyesuaian kenaikan) valuasi pasar saham Indonesia.

Pasar diperkirakan memasuki fase pertumbuhan yang lebih konstruktif pasca-tahun politik. JPMorgan memproyeksikan perbaikan kondisi makro global akan berkontribusi pada dorongan konsumsi domestik yang kuat, seiring percepatan belanja pemerintah.

Likuiditas juga didukung oleh kebijakan moneter yang diproyeksikan mulai melonggar. Bank Indonesia (BI) diprediksi akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada 2026. Ditambah defisit transaksi berjalan yang tetap terjaga di bawah 1% dari PDB, ini menciptakan lingkungan yang sehat bagi pemulihan laba emiten.

Meskipun partisipasi investor ritel yang sempat mencetak rekor pada 2025 diperkirakan akan sedikit moderat di semester kedua 2026, aliran dana institusi justru diproyeksikan meningkat secara bertahap sepanjang tahun.

Peningkatan ini didorong oleh mandat investasi publik yang baru dari Danantara serta meningkatnya porsi alokasi aset ekuitas di berbagai dana pensiun dan lembaga pengelola jaminan sosial milik negara.

Namun, JPMorgan juga mengingatkan risiko utama yang harus diwaspadai: volatilitas rupiah. Jika tekanan berlanjut, fluktuasi mata uang ini dapat mengganggu kepercayaan bisnis dan arus modal asing yang masuk.

Secara keseluruhan, proyeksi level 10.000 menandai optimisme besar global terhadap fundamental ekonomi Indonesia pasca-pemilu, menjanjikan era baru bagi pasar modal domestik.

Bagikan