
Bicaraplus – Daging merah masih menjadi primadona di meja makan masyarakat Indonesia. Mulai dari steak, sate, hingga rendang, sajian ini tak hanya menggugah selera, tetapi juga dikenal sebagai sumber protein hewani, zat besi, serta vitamin penting bagi tubuh.
Namun, di balik kelezatannya, konsumsi daging merah secara berlebihan menyimpan risiko kesehatan, terutama bagi jantung. Sejumlah penelitian dan rekomendasi medis menunjukkan bahwa daging merah mengandung lemak jenuh yang relatif tinggi, yang dapat memicu penumpukan kolesterol dalam pembuluh darah jika tidak dikontrol dengan baik.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Samuel Sudanawidjaja, Sp.JP, FIHA, FSCAI, menjelaskan bahwa daging merah adalah jenis daging yang berwarna merah saat mentah dan menjadi lebih gelap setelah dimasak, seperti daging sapi, kambing, domba, dan babi. Meski bernutrisi, cara konsumsi dan pengolahannya menjadi faktor kunci penentu dampaknya bagi kesehatan.
American Heart Association (AHA) mencatat bahwa asupan daging merah, terutama yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol, berisiko meningkatkan penyakit kardiovaskular. Risiko ini akan semakin besar jika daging yang dikonsumsi merupakan daging olahan seperti sosis, bacon, atau kornet yang mengandung garam dan pengawet nitrit tinggi.
Meski demikian, para ahli menegaskan bahwa daging merah bukan makanan yang harus dihindari sepenuhnya. Kuncinya terletak pada pengaturan porsi, frekuensi, dan keseimbangan nutrisi.
Tips Sehat Mengonsumsi Daging Merah

Agar tetap aman bagi jantung, ada beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan dalam konsumsi daging merah sehari-hari:
Pertama, pilih potongan daging yang rendah lemak, seperti tenderloin, sirloin tanpa lemak, atau paha belakang. Lemak yang terlihat sebaiknya dipangkas sebelum dimasak.
Kedua, perhatikan cara pengolahan. Metode memasak seperti merebus, memanggang, atau membakar lebih dianjurkan dibandingkan menggoreng, karena dapat mengurangi asupan lemak tambahan.
Ketiga, batasi frekuensi konsumsi. Idealnya, daging merah dikonsumsi tidak lebih dari satu hingga dua kali dalam seminggu, dengan porsi yang wajar.
Keempat, imbangi dengan asupan lain yang lebih sehat, seperti sayuran, buah-buahan, serta protein nabati dari tempe, tahu, dan kacang-kacangan untuk menjaga keseimbangan gizi.
“Daging merah bukan musuh utama jantung, tetapi juga bukan makanan yang bisa dikonsumsi tanpa batas. Keseimbangan dan kesadaran pola makan menjadi kunci utama,” ujar dr. Samuel.
Bagi mereka yang memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, atau riwayat keluarga pembatasan konsumsi daging merah dan pemilihan sumber protein yang lebih sehat menjadi langkah bijak untuk mencegah komplikasi di masa depan.
Pola makan sehat, dikombinasikan dengan gaya hidup aktif dan pemeriksaan kesehatan rutin, berperan penting dalam menurunkan risiko penyakit jantung. Ketika tubuh memberi sinyal seperti nyeri dada, kelelahan berlebihan, atau sesak napas, pemeriksaan medis sebaiknya tidak ditunda.
Karena pada akhirnya, menjaga jantung bukan soal menghindari satu jenis makanan, melainkan tentang membangun kebiasaan hidup yang lebih sadar dan seimbang.





