
Gempa bumi dahsyat berkekuatan Magnitudo 8,7 mengguncang wilayah lepas pantai Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Rabu (30/7) pukul 06.24 WIB. Berdasarkan hasil analisis BMKG, gempa terjadi di kedalaman 18 km dengan koordinat episenter 52,51° LU dan 160,26° BT. Guncangan ini dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng di Palung Kurile-Kamchatka dan memiliki mekanisme patahan naik (thrust fault), jenis gempa yang umum memicu tsunami besar.
Guncangan di wilayah Severo‑Kurilsk dan Petropavlovsk‑Kamchatsky (Rusia) tercatat pada skala intensitas MMI VIII (Severe). Dampaknya menyebabkan kerusakan sedang hingga berat, terutama pada bangunan tua dan infrastruktur pelabuhan. Di kota-kota seperti Vilyuchinsk dan Yelizovo, guncangan juga mencapai MMI VIII, dengan laporan gempa terasa kuat dan menyebabkan evakuasi penduduk.
Negara-negara Pasifik seperti Jepang melaporkan guncangan pada skala MMI VI–VII, dirasakan luas di wilayah Hokkaido dan sebagian Honshu utara. Di kawasan seperti Sendai dan Tokyo, getaran cukup terasa dan sempat memicu peringatan dini tsunami.
Wilayah Indonesia bagian timur, seperti Jayapura, Sarmi, Sorong, Halmahera, Morotai, dan Talaud, mengalami dampak berupa kenaikan muka air laut antara 0,05 hingga 0,2 meter. Meskipun guncangan gempa di wilayah ini tergolong lemah hingga sangat lemah (MMI I–II) bahkan tidak terasa, BMKG tetap menetapkan status Waspada tsunami untuk mencegah risiko lokal. Daerah yang termasuk dalam status Waspada di antaranya Talaud, Halmahera Utara, Raja Ampat, Manokwari, Biak, Supiori, dan Jayapura.
Berikut catatan kenaikan muka air laut dari pengamatan sensor tsunami BMKG:
- Jayapura DOK II: 0,2 m
- Sarmi: 0,2 m
- Sorong: 0,2 m
- Depapre: 0,2 m
- Sausapor: 0,2 m
- Halmahera Tengah (Tapaleo): 0,06 m
- Morotai: 0,08 m
- Talaud (Pelabuhan Beo): 0,05 m
- Gorontalo: tidak terdeteksi anomali
Hingga pukul 16.30 WIB, BMKG mencatat 43 gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M6,9. Getaran susulan ini dirasakan di wilayah Kamchatka dan sekitarnya, namun tidak berdampak signifikan di Indonesia.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa walaupun ketinggian tsunami di Indonesia relatif kecil, kondisi geografis seperti pantai berbentuk ceruk atau teluk sempit bisa memperkuat gelombang lokal. Oleh karena itu, masyarakat tetap diimbau untuk menjauhi garis pantai sementara waktu dan menunggu informasi resmi dari BMKG.