
Dalam semangat persatuan menghadapi momen hari kemerdekaan, 76 pelajar terbaik dari 38 provinsi resmi dikukuhkan sebagai Paskibraka Nasional 2025 di Istana Negara. Mereka siap mengibarkan Sang Merah-Putih pada upacara kenegaraan 17 Agustus mendatang, memperlihatkan semangat persatuan dari Sabang hingga Merauke. Di tengah formasi klasik 17-8-45, yang merepresentasikan tanggal Proklamasi 17 Agustus 1945, para pelajar menampilkan ketelitian, kedisiplinan, dan kebanggaan nasional yang kuat .
Formasi dan Posi Penugas Utama: Pembawa Bendera Inti
Pada barisan depan, formasi Paskibraka dibagi sesuai filosofi 17-8-45: pasukan pengiring (17 anggota), pembawa bendera inti (8 anggota), dan pengawal kehormatan (45 anggota) .Di pusat sorotan adalah Kelompok 8, yang mengemban tugas paling sakral: membawa Bendera Pusaka. Di antara mereka, seorang putri menjadi pembawa baki utama (Pembawa Baki 1), dengan pendamping sebagai cadangan (Pembawa Baki 2), serta dikawal oleh pasukan pengawal. Tugas ini memerlukan keseimbangan emosional dan fisik mereka bukan hanya mengangkat bendera, mereka memikul tanggung jawab simbolis terhadap bangsa dan sejarah. Ketelitian langkah mereka di lapangan mencerminkan kedisiplinan, rasa hormat, dan kebersamaan generasi muda Indonesia .
Di bawah ini formasi lengkap para anggota Paskibraka yang dikukuhkan, perwakilan dari setiap provinsi:
Aceh: Muhammad Ridho & Nathania Putri Diwansyah
Sumatera Utara: Adinata Kurniawan Harahap & Kristine Andeska Br Ginting
Sumatera Barat: Habib Burhan & Lulu Athul Fuadah
Riau: Rafael Varindra & Alya Zahra Khalisah
Jambi: Frans Sokhi Lase & Nindya Eltsani Fawwaz
Sumatera Selatan: Ahmad Noval Al Farizi & Putu Elysa Boniarta
Bengkulu: Rizqullah Naufal Habibie BL & Khanza Nabilla Putri
Lampung: Muhammad Ghaalib Alghifari & Ni Made Ira Puspa Nandini
Kepulauan Babel: Muhammad Aditya Kenzo Nugraha Alfaiz & Fitri Atiqah Mahya
Kepulauan Riau: Bagas Yudha Pratama & Thifaal Maahirah Atika
DKI Jakarta: Farrel Argantha Irawan & Sultana Najwa
Jawa Barat: Andi Java Ibnu Hajar Sinjaya & Kyla Princessa
Jawa Tengah: Muhammad Rasya Alfarel Hudy & Anindya Putri Aprilia
DI Yogyakarta: Faishal Ahmad Kurniawan & Naura Aullia Putri Darmawan
Jawa Timur: Arka Bintang Is’adkauthar & Kayla Zahra Tastaftian Elfirin
Banten: Affan Zahwan Ramadhan & Daniella Shia Caely
Bali: I Kadek Mentor Sad Ananta Wicaksana & Ni Putu Anindya Permata Wardana
NTB: Arafat Abdullah Hanif & Mutia Yuningsih
NTT: Paulus Gregorius Afrizal & Merlin Anggraeni Mausali
Kalimantan Barat: Gregorius Marhico & Chelsea Olivia
Kalimantan Tengah: Angga Nugraha Za’ahir & May Wulandari
Kalimantan Selatan: Dimas Budiman & Alvina Dhiya Kamila Faradisa
Kalimantan Timur: El-Rayyi Mujahid Faqih & Putri Nur Azizah
Kalimantan Utara: Nabil El Zahr & Tabella Ismayati Assa
Sulawesi Utara: Firji Beeg & Bianca Alessia Christabella Lantang
Sulawesi Tengah: Riswan Komian & Anggita Damayanti
Sulawesi Selatan: Nadhif Infanteri Ibha & Aliah Sakira
Sulawesi Tenggara: Muhammad Faiq Alimuddin & Waode Alika Zea Chanidya
Gorontalo: Rahmat Hidayat & Armelya Indira Zahra Habibie
Sulawesi Barat: Hilton Pratama Mantong & Zalfa Naqiyya
Maluku: Samuel Frangki Balsala & Inggrid Christiani Nahak
Maluku Utara: M. Aqsyahiful Ikram & Beatrix Missy
Papua: Theodorus Alfredo Wanma & Friyella Msiren
Papua Barat: Hayavi Arsenal Lemauk & Rhita Lovely Chantika Febiolla Ayomi
Papua Pegunungan: Fransiscus Xaverius Pahabol Hisage & Kenny Maria Eluay
Papua Tengah: Matthew Farel Jun Abetyo Sawo & Stince Clara Muyapa
Papua Selatan: Abraham Sarau & Tersisia Devota Wanggimop
Papua Barat Daya: Frans Jemput & Esterline Putri Wulandari Warmasen.
Kisah Inspiratif di Balik Pengukuhan Paskibraka 2025
Setiap wajah yang berdiri di Istana adalah cerita perjuangan panjang penuh tekad, kerja keras, dan harapan.
Rhita Lovely Chantika Febiolla Ayomi (Papua Barat) menjadi ikon emosional dalam upacara pengukuhan, dipercaya menjadi pemimpin upacara dan memegang bendera Merah Putih saat pembacaan ikrar. Ia mengaku “campur aduk” antara haru dan bangga bisa berdiri mewakili seluruh rekan-rekannya .
Abraham Sarau (Papua Selatan) mengakui bahwa perjalanannya hampir penuh kegagalan. Namun, semangat teman-teman di sekitarnya menyulut kembali harapan hingga ia berhasil lolos hingga tingkat nasional .
Paulus Gregorius Afrizal (NTT) menjalani latihan disiplin yang ketat, sembari membantu ekonomi keluarga dengan berjualan jagung bakar di akhir pekan — bentuk dedikasi ganda antara pengabdian dan tanggung jawab sosial .