Dari Medsos ke Jalanan: Bara Kemarahan Gen Z Nepal Meledak

Untitled design 50

BicaraPlus- Kalau ada lomba negara paling sering gonta-ganti pemerintah, tapi isinya sama saja, Nepal mungkin juara bertahan. Sejak 2008, pemerintahannya jatuh bangun seperti sinetron azab: yang main tetap itu-itu juga, tapi judulnya ganti-ganti, komunis, sosialis, liberal, semuanya ujung-ujungnya sama, sibuk memperkaya diri.

Dan kini, anak muda Nepal bilang, cukup!

Bayangkan, hampir separuh penduduk Nepal itu anak muda, Gen Z, persis generasi yang hobinya main medsos, belajar via YouTube, kerja serabutan via internet, dan ya, tentu saja… gampang ngamuk bila hak dasarnya diganggu. Sementara mereka menganggur 20 persen, pejabatnya sibuk pamer jalan-jalan pakai jet pribadi, tas branded, sampai menyekolahkan anak di luar negeri. Netizen Nepal pun menyematkan label nepobaby ke anak-anak pejabat itu.

Kalau di Indonesia, nepobaby masih bisa jadi bahan bercandaan di TikTok. Di Nepal? Itu jadi pemicu orang turun ke jalan.

Prateek Pradhan, jurnalis senior Nepal, mengungkapkan, media sosial cuma bensin. Api sebenarnya sudah lama ada, frustrasi karena negara diurus seperti warung kelontong minus pembukuan. GDP per kapita mereka cuma 1.447 dolar AS, sementara tiap hari dua ribu anak mudanya kabur jadi TKI ke Timur Tengah dan Asia. Hidup di dalam negeri susah, kerjaan tidak ada, tapi elite politik malah sibuk selfie di pesawat pribadi.

Puncaknya, Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli, Ketua Partai Komunis UML, memutuskan untuk memblokir media sosial. Alasannya, perusahaan medsos belum mendaftar resmi ke pemerintah. Padahal, jelas-jelas itu cuma excuse supaya foto-foto flexing anak pejabat tak lagi jadi bahan roasting publik.

Nah, ini salah perhitungan terbesar. Memutus internet buat Gen Z Nepal sama saja seperti mencabut tabung oksigen dari pasien ICU. Mereka mengamuk.

Senin, 8 September 2025, mereka turun ke jalan. Polisi merespons dengan cara klasik: gas air mata, pentungan, peluru. Hasilnya? 20 orang tewas, ratusan luka-luka.

Tapi bukannya reda, amarah justru makin membara. Rumah-rumah pejabat dibakar, gedung pemerintah dirusak, elite politik panik kabur entah ke mana. Polisi malah ngumpet. Tentara pun turun dengan panser, jam malam diberlakukan, dan Kathmandu berubah jadi kota hantu.

Kalau baca kronologinya, Nepal seperti lagi menggarap remake dari Sri Lanka dan Bangladesh, dua tetangganya yang juga pernah diobrak-abrik kemarahan anak muda.

Apa pelajarannya?

Sederhana. Jangan main-main dengan generasi muda, apalagi generasi medsos. Mereka mungkin terlihat sibuk bermain game atau membuat video lipsync. Tapi sekali kenyang lihat pejabat pamer kemewahan sementara rakyat keringatan cari sesuap nasi, mereka bisa berubah jadi api.

Dan di Nepal, bara itu akhirnya benar-benar menyala.

Bagikan