BRIN Temukan Mikroplastik di Air Hujan Jakarta, Cerminan Pola Hidup Manusia

Untitled design 93

BicaraPlus – Langit Jakarta ternyata menyimpan cerita tentang manusia di bawahnya.
Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang dibiarkan mengepul, dan sampah yang kita bakar karena malas memilah, semuanya kembali, bukan dalam bentuk kantong atau botol, melainkan partikel halus yang turun bersama hujan.

Itulah gambaran yang disampaikan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, ketika mengungkap temuan mikroplastik di air hujan Jakarta.
“Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya,” ujar Reza, dikutip dari situs resmi BRIN, Sabtu (18/10).

Penelitian yang dilakukan BRIN sejak 2022 menemukan bahwa setiap sampel air hujan yang dikumpulkan di Jakarta mengandung mikroplastik.

Partikel itu, kata Reza, berasal dari aktivitas harian masyarakat, serat sintetis dari pakaian, gesekan ban kendaraan, debu perkotaan, hingga sisa pembakaran sampah plastik.

“Mikroplastik ini hasil degradasi limbah plastik di ruang terbuka. Mereka melayang di udara, terbawa angin, lalu turun bersama hujan,” jelasnya.

Temuan ini menegaskan bahwa pencemaran plastik kini tidak hanya mengancam daratan dan laut, tetapi juga atmosfer. Partikel plastik yang tak kasat mata itu kini benar-benar menyelimuti ruang hidup manusia secara harfiah, hujan plastik mikro.

Apa Sebenarnya Mikroplastik Itu?

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), mikroplastik adalah potongan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter, terlalu kecil untuk terlihat, tapi cukup ringan untuk berpindah dari laut ke udara.

Ada dua jenis mikroplastik, yaitu Primer, yakni partikel plastik yang memang dibuat berukuran kecil sejak awal, seperti bahan dalam kosmetik, pembersih wajah, atau produk industri.

Kemudian Sekunder, serpihan dari benda plastik besar yang terurai akibat paparan matahari, gesekan, atau proses alam.

Karena ringan, partikel ini mudah terbawa angin dan air. Saat mencapai atmosfer, mereka turun kembali ke bumi lewat hujan, membentuk siklus baru pencemaran yang lebih sulit diputus.

Dampak Mikroplastik

Mikroplastik bukan sekadar masalah estetika lingkungan. Partikel kecil ini dapat menyerap bahan kimia berbahaya, lalu masuk ke tubuh hewan, dan pada akhirnya, ke tubuh manusia.

Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di udara yang kita hirup, air yang kita minum, bahkan di darah manusia.

NOAA memperingatkan, paparan jangka panjang terhadap mikroplastik berpotensi mengganggu sistem kekebalan tubuh dan metabolisme.

Bukan hanya soal pencemaran, tapi tentang bagaimana perilaku konsumsi kita kini benar-benar kembali pada diri sendiri.

Para peneliti menegaskan pentingnya mengubah kebiasaan kecil, yaitu mengurangi plastik sekali pakai, memilah sampah, dan tidak membakar limbah plastik di ruang terbuka.

Langkah sederhana ini, kata Reza, adalah bentuk tanggung jawab kolektif agar udara dan hujan tidak lagi menjadi cermin kelalaian manusia.

Bagikan