
BicaraPlus — Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN telah memetakan prioritas risetnya untuk kurun waktu lima tahun ke depan. Kepala OREI BRIN, Budi Prawara, secara daring pada Senin (1/12), menggarisbawahi tiga fokus utama yang menjadi poros kebijakan pengembangan iptek nasional.
“Ketiga fokus Rumah Program lima tahun ke depan ini kita harapkan dapat mendukung program Asta Cita dan program prioritas nasional,” ujar Budi Prawara.
Tiga pilar riset tersebut mencakup area krusial bagi transformasi digital dan penguatan kedaulatan maritim Indonesia, yakni Big Data, Internet of Things (IoT) dan Telekomunikasi, serta Sistem Detektor Bawah Air.
Fokus pada big data dan IoT merefleksikan urgensi Indonesia dalam mengakselerasi digitalisasi sektor publik dan industri, sementara penekanan pada detektor bawah air menunjukkan komitmen BRIN untuk mendukung pengamanan dan pemanfaatan potensi maritim Indonesia yang terhampar luas.
Sebagai upaya membuka keran kolaborasi seluas-luasnya, BRIN melalui OREI menawarkan program Call For Joint Collaboration (CFJC) di Rumah Program OREI untuk tahun anggaran 2026. Ini adalah undangan terbuka bagi komunitas riset di Indonesia untuk bersinergi.
Budi Prawara menjelaskan bahwa pelaksanaan riset di Rumah Program OREI terbagi dalam dua cluster utama, pertama Cluster Purwarupa: Berorientasi pada hasil nyata yang siap diuji coba atau diadopsi. Kedua, Cluster Kekayaan Intelektual (KI): Berfokus pada paten, lisensi, dan hak cipta.
Adapun target output riset tidak hanya mencakup purwarupa dan KI, tetapi juga publikasi ilmiah, serta luaran pendukung vital seperti data set yang terstandardisasi atau lisensi teknologi.
Dalam skema kolaborasi ini, BRIN menetapkan syarat yang menekankan jejaring antar-organisasi. Bagi proposal yang berasal dari Organisasi Riset (OR) atau Pusat Riset (PR) di luar OREI, wajib menyertakan mitra kolaborasi dari periset OREI BRIN sendiri. Hal ini bertujuan untuk memastikan transfer pengetahuan dan sinergi internal lembaga riset nasional.
Terkait lokus kegiatan, BRIN memprioritaskan pelaksanaan riset di kawasan Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten. Namun, bagi kegiatan riset yang lokasinya berada di luar area padat tersebut, BRIN mendorong adanya kolaborasi yang lebih inklusif dengan mitra lokal.
“Apabila lokasi di luar Jabodetabek, Banten, dan Jawa Barat, kami berharap kegiatan riset yang Bapak dan Ibu lakukan dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat, mitra industri, UMKM, kementerian atau lembaga, universitas, dan perguruan tinggi yang dituangkan melalui perjanjian kerja sama,” tegas Budi.
Penekanan pada kolaborasi daerah ini mengindikasikan upaya BRIN untuk mendesentralisasi dampak riset, sekaligus menjamin relevansi program inovasi dengan kebutuhan spesifik di level regional dan industri.
Bagi para peminat, program riset 2026 ini direncanakan bergulir mulai Januari tahun depan. Proposal riset dibuka sejak 26 November hingga 5 Desember 2025, dengan pengumuman hasil seleksi dijadwalkan pada 8–9 Januari 2026.





