
BicaraPlus – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerjunkan tim khusus untuk memetakan wilayah terdampak banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Pemetaan ini dilakukan untuk menyediakan data spasial yang akurat sebagai dasar pengambilan kebijakan penanganan bencana, baik pada fase tanggap darurat maupun pemulihan pascabencana.
Periset Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Firman Prawiradisastra, mengatakan tim yang diturunkan berjumlah enam orang dan akan bekerja selama 14 hari di lapangan. Mereka dilengkapi wahana udara tanpa awak (UAV) dengan sensor pemetaan dan kamera beresolusi tinggi untuk menjangkau wilayah terdampak yang sulit diakses dari darat.
“Pemetaan dilakukan untuk melihat dampak banjir, banjir bandang, dan longsor secara menyeluruh, terutama di area yang tidak bisa dijangkau secara langsung,” kata Firman dalam keterangan tertulis, Minggu (14/12).
Firman menjelaskan, survei difokuskan pada pemetaan kerusakan secara spasial, mulai dari perubahan bentang alam, area genangan, hingga potensi bahaya lanjutan. Data tersebut akan menjadi dasar untuk memperkirakan tingkat kerusakan secara detail dan menyusun langkah mitigasi yang lebih tepat sasaran.
Sejumlah wilayah di Sumatra Utara, seperti Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan, menjadi prioritas pemetaan karena mengalami dampak bencana yang cukup signifikan. Menurut Firman, pemetaan rinci diperlukan untuk mendukung proses penanganan dan pemulihan di daerah-daerah tersebut.
“Dengan data spasial yang rinci dan terkini, perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dapat dilakukan secara lebih efektif,” ujarnya.
Firman juga mengingatkan bahwa kondisi lapangan di beberapa lokasi terdampak masih belum sepenuhnya aman. Karena itu, ia menekankan pentingnya kesiapan bagi relawan maupun petugas yang akan bertugas di wilayah bencana.
“Keselamatan harus menjadi prioritas. Relawan perlu mempersiapkan diri dengan baik agar tidak justru menjadi korban,” katanya.
Ia menambahkan, perencanaan kegiatan harian dan kewaspadaan terhadap potensi bahaya susulan, seperti longsor dan banjir lanjutan, sangat diperlukan selama berada di lokasi terdampak.
BRIN berharap, hasil survei dan pemetaan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan sebagai acuan penting dalam penanganan bencana saat ini, sekaligus menjadi dasar perencanaan mitigasi risiko bencana di masa depan.





