
Dalam suasana yang hangat dan penuh keakraban, kami mendapatkan kehormatan untuk berdiskusi langsung bersama Eko Putro Sandjojo, seorang pemimpin yang tak hanya dikenal karena pengaruhnya dalam organisasi dan dunia usaha, tetapi juga karena kedalaman cara pandangnya terhadap hidup, kepemimpinan, dan makna berkontribusi untuk negeri.
Di tengah obrolan yang santai namun sarat makna, beliau membagikan banyak pandangan hidup yang menyentuh dan menyadarkan. Salah satunya, beliau mengatakan “Tuhan tidak pernah salah memberi ujian. Yang membuat kita gagal naik kelas adalah karena kita belum lulus dari ujian itu.”
Sebuah pengingat bahwa segala tantangan yang datang sejatinya adalah bentuk kasih sayang Tuhan, untuk membawa kita ke level kehidupan yang lebih tinggi.
Dalam diskusi tersebut, Eko juga menekankan pentingnya tujuan dalam setiap langkah hidup. Bagi beliau, seorang pemimpin atau profesional, sekecil apapun perannya, harus punya arah yang jelas. “Banyak orang gagal bukan karena bodoh, tapi karena nggak ngerti untuk apa dia jalan.”
Dalam konteks pekerjaan, beliau mengingatkan bahwa tujuan bukan sekadar angka atau jabatan, tetapi tentang kontribusi dan makna. Menyelesaikan pekerjaan pun, kata beliau, bukan hanya untuk mengejar tenggat, tapi untuk menyempurnakan tanggung jawab. Karena menyelesaikan berarti menumbuhkan kepercayaan.
Eko juga menekankan pentingnya memahami misi hidup. “Tanpa arah yang jelas, kita akan berjalan jauh tapi tidak ke mana-mana. “Kalau tidak tahu tujuan, kita hanya muter-muter dan capek sendiri” tambah lulusan terbaik Politeknik Negeri Jakarta. Karena itu, setiap tantangan yang datang adalah kesempatan untuk naik kelas bukan halangan, tapi batu loncatan.
Eko Putro Sandjojo dikenal sebagai sosok profesional yang telah meniti karier dari bawah. Beliau pernah menjabat di berbagai posisi di dunia industri, pemerintahan, hingga menjadi mentor dan penggerak di banyak inisiatif sosial.
Lahir dari keluarga displin dan mengedepankan pendididkan, beliau membuktikan bahwa integritas, konsistensi, dan kesabaran bisa membawa seseorang meraih kepercayaan besar. Karier beliau bukan sekadar perjalanan jabatan, tetapi misi hidup untuk membangun, mendidik, dan menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan di tengah sistem yang kadang tak adil.
Relasi yang kuat bisa membuka pintu
Eko juga percaya bahwa pekerjaan bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk tanggung jawab spiritual. Menyelesaikan pekerjaan berarti menumbuhkan kepercayaan dan menunjukkan komitmen pada misi yang lebih besar. Di tengah dunia profesional yang makin kompetitif, Eko percaya bahwa kepintaran bukan lagi satu-satunya kunci. “Sukses hari ini bukan cuma soal IPK atau gelar. Tapi seberapa kamu bisa dipercaya dan membangun relasi” tuturnya. Kalimat sederhana yang menggambarkan posisi awal beliau ketika masuk ke sebuah asosiasi perunggasan nasional sebuah komunitas yang mayoritas anggotanya adalah pemilik perusahaan besar, berlatar etnis Tionghoa, dan memiliki jejaring kuat. Masuk sebagai “orang luar”, beliau justru menjadi penghubung yang menyatukan semuanya.
Dengan usia di bawah 30 tahun, ia mampu membangun komunikasi lintas generasi dan kepentingan. Karena dianggap “netral” para pemilik perusahaan. Dari situ ia menyusun strategi agar konflik tidak merugikan semua pihak. Hasilnya harga ayam stabil, distribusi membaik, dan perusahaan kembali untung.
Karena itu, ia mendorong generasi muda untuk aktif membangun jaringan, belajar dari pengalaman, dan tidak malu bertanya.
AL – Fatihah Kunci menghadapi Stress
Dalam pandangan Eko Putro Sandjojo, kunci menghadapi stres dan mencapai kebahagiaan hidup ada pada pemahaman mendalam terhadap Al-Fatihah, yang ia sebut sebagai “induknya segala ayat.” Ia menekankan pentingnya memahami arti di balik setiap ajaran agama, bukan sekadar menghafal. Ia menjelaskan bahwa ketika kita mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim,” kita harus benar-benar meyakini Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, masalah atau “soal” hidup yang diberikan Tuhan bukanlah bentuk kejahatan, melainkan kasih sayang-Nya agar kita bisa “naik kelas” dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Selanjutnya, Eko menyoroti pentingnya rasa syukur yang terkandung dalam “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.” Ia mencontohkan anaknya yang, meski diterima di universitas top dunia, masih bisa stres karena satu nilai B. Menurut Eko, kebahagiaan sejati akan hadir ketika kita bisa bersyukur, karena stres tidak akan mudah hinggap jika kita tidak membiarkan kemauan melebihi kemampuan. Ia menegaskan bahwa setiap masalah adalah kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri, bagian dari proses hidup yang dinamis. Eko juga memberikan perspektif unik tentang keberadaan masalah di dunia. Ia berargumen bahwa Tuhan menciptakan masalah dan tantangan seperti penyakit bukan tanpa alasan. Jika semua sempurna, dunia akan statis jutaan pekerjaan akan hilang, dan roda ekonomi tidak akan berputar. Oleh karena itu, masalah ada untuk “alasan yang baik,” mendorong kita untuk bergerak, berinovasi, dan saling membantu. Dengan menghayati makna-makna ini, Al-Fatihah berfungsi sebagai panduan hidup yang ampuh, mengubah perspektif dari yang mudah stres menjadi lebih bahagia dan produktif.