
Drama Korea Our Unwritten Seoul sukses mencetak rating tertinggi di slot akhir pekan sejak penayangan perdananya. Tayang setiap Sabtu dan Minggu pukul 22.20 KST di tvN, drama ini kini menjadi perbincangan hangat berkat akting luar biasa Park Bo-young yang memerankan karakter ganda dengan kompleksitas emosional yang kuat.
Di episode ke-5 yang tayang Sabtu, 8 Juni 2025, Our Unwritten Seoul mencatat rating nasional 6,4% (puncak 7,1%) dan 6,9% di area Seoul (puncak 7,9%), berdasarkan Nielsen Korea. Ini menjadi rekor tertinggi sejak episode pertama, mengukuhkan posisinya sebagai drama paling populer di slot prime time akhir pekan.
Episode terbaru ini memperlihatkan semakin rumitnya hubungan antara Yu Mi-ji dan Yu Mi-rae saudari kembar yang dipisahkan sejak kecil serta rahasia keluarga yang mulai terkuak. Penonton dibuat emosional dengan adegan konfrontasi di rumah lama mereka yang sunyi, penuh memori, dan sarat luka masa lalu.

Berikut faktor kesuksesan drama korea Our Unwritten Seoul. Transformasinya antara Yu Mi-ji yang tegar dan Yu Mi-rae yang rapuh membuat banyak penonton bingung sekaligus kagum. “Ini adalah penampilan terbaik Park Bo-young selama kariernya,” puji salah satu kritikus drama Korea, Tanpa ledakan konflik besar, drama ini membangun cerita melalui interaksi halus, dialog jujur, dan detail-detail kecil yang menyentuh.
Dengan pengambilan gambar yang artistik dan iringan musik sendu, setiap adegan terasa seperti puisi visual yang memperkuat nuansa sepi dan pencarian identitas.
Episode 6 yang tayang Minggu, 9 Juni 2025, memperdalam konflik batin Yu Mi-ji dan Yu Mi-rae. Setelah pertemuan emosional dengan ayah angkat Mi-rae, masa lalu mereka mulai mengungkap lebih banyak luka yang selama ini disimpan rapat. Mi-rae dihadapkan pada pilihan sulit tetap menyembunyikan identitasnya atau mengungkap kebenaran kepada orang-orang di sekitarnya termasuk Ji Hoon, pria yang tanpa sadar terjebak di antara mereka berdua.
Salah satu adegan paling menyentuh dalam episode ini adalah saat Mi-ji duduk sendiri di halte tua tempat ibunya dulu sering menjemputnya sebuah simbol bahwa semua yang belum tertulis, mulai terkuak satu per satu.