Bank Mandiri Dapat Rp55 Triliun dari Pemerintah, Genjot Kredit ke Sektor Prioritas & UMKM

images

BicaraPlus – Bank Mandiri makin percaya diri setelah mendapat tambahan amunisi Rp55 triliun dari pemerintah. Dana segar ini bakal dipakai untuk memperkuat penyaluran kredit ke berbagai sektor prioritas yang jadi motor pembangunan nasional.

Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menyebut suntikan dana tersebut bikin kapasitas pembiayaan perseroan makin kokoh.

“Dengan tambahan Rp55 triliun, kemampuan kami untuk mendukung sektor-sektor produktif semakin kuat. Ini bisa mendorong daya saing ekspor, membuka lapangan kerja, sekaligus memperkuat ekonomi kerakyatan,” jelas Novita, kemarin.

Bank Mandiri berencana mengarahkan pembiayaan ke sektor strategis seperti perkebunan dan ketahanan pangan, hilirisasi SDA dan energi terbarukan, infrastruktur, kesehatan, manufaktur, kawasan industri, hingga UMKM.

Minat pembiayaan juga terbilang tinggi. Rata-rata pencairan kredit untuk nasabah baru saja sudah tembus Rp24,63 triliun per bulan, dari total Rp45 triliun. Hingga saat ini, Bank Mandiri tercatat sudah menyalurkan Rp960,2 triliun ke sektor riil, atau hampir 72% dari total portofolio kredit.

“Ini membuktikan peran Bank Mandiri sebagai agen pembangunan sekaligus mitra pemerintah dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Tapi tentu semua tetap dijalankan dengan prinsip kehati-hatian,” tambah Novita.

Tambahan likuiditas ini sendiri merupakan bagian dari kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang membagi Rp200 triliun dana pemerintah ke lima bank besar. BRI, BNI, dan Bank Mandiri masing-masing dapat Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, dan BSI Rp10 triliun.

Dana tersebut ditempatkan lewat deposito on call konvensional maupun syariah, tanpa lelang, dengan bunga setara 80,476% dari BI-Rate. Aturannya tertuang dalam KMK Nomor 276 Tahun 2025. Menkeu menegaskan, uang negara itu wajib disalurkan ke sektor riil dan tidak boleh dipakai untuk beli SBN.

“Dengan tambahan dana ini, kami optimistis bisa memperbesar kapasitas pembiayaan dan memberi kontribusi lebih besar bagi proyek-proyek strategis nasional,” tutup Novita.

Bagikan